KOPI KARAM - PUISI

KOPI KARAM

Metro, Februari 2016

Pagi yang cerah kopiku berkata

Hari yang indah katanya

Mentari menguak dari balik rimbun batang

Sejak dahulu kopiku setia

Temani daku yang berselimut duka

Duka yang letih kupendam

Sehitam kopiku yang selalu kelam

Membayang daku dalam angan

Akankah duka Pertiwiku ada penyelesaian

Duka, duka negeri hingga ke perbatasan

Bukan tak ingin aku berteriak

Bukan tak mau badan beranjak

Rakyat sepertiku hanyalah pasrah

Anganku tumbang punah

Ingin rasanya aku berteriak

Ingin rasanya kalam menggertak

Namun, aku takut

Aku takut apakah suaraku didengar

Suara parau rakyat hanya dianggap samar

Bergetar takut nyaliku berlutut

Kopiku yang hitam

Kalut kelam mendalam

Kubiarkan pahitmu merayu

Anganku memburu

karam

Persatuan bangsa  beranjak sirna

Negeriku hancur tanahnya

Runtuh moral hilang budaya

Generasi muda berfoya foya

Sampai kapan begini adanya

Bukan tabu rakyat terbabu

Dalam tanah kaya melimpah

Luas lautan ikan berdesakan

Dirumah masyarakat terjajah

Kopiku yang hitam

Kelam mendalam

karam