pict by: wacana.co
Bentuk-Bentuk Sastra Puisi Lampung
a. Paradinei/Paghadini
Paradinei/paghadini
adalah puisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada
saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan
jurubicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi.
Secara umum, isi paradinei/paghadini berupa tanya jawab tentang maksud atau
tujuan kedatangan.
Contoh:
Contoh:
Tabik pun
nabik tabik,tabik pun ngalimpukha
sikam ji
sanak tepik,haga numpang butanya
mahaf ki
salah cutik,gelakhne mangkung biasa
sikam
numpang butanya,jama pekhwatin si wat dija
dst..
b. Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan
Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan
adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, yang lazim
digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara pemberian gelar
adat (adek/adok). untuk wilayah Lampung Barat Belalau dikenal dengan istilah betettah adok atau butattah. Adapun
ciri-ciri pepaccur adalah :
1. Tidak
ada pembukaan
2. Berisikan
nasihat
3. Memiliki
pola ab ab, abcd, abc abc
4. Dapat
dilakukan dimana sajabagi yang memerlukan nasihat.
Sudah menjadi adat masyarakat Lampung bahwa pada saat bujang
atau gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi adek/adok sebagai penghormatan dan
tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Pemberian adek/adok dilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan
istilah ngamai adek/ngamai adok
(jika dilakukan di tempat mempelai wanita), nandekken adek dan inei
adek/nandok,
Contoh:
gelakhne ............. anjak pekon .............
bingi hinji lagi senang sekhta bahagia
lain moneh tipugampang astawa dipumudah
adokne sanak sinji yakdo lah ............
dst.....
c. Segata
Pantun/Segata/Adi-Adi
adalah salah satu jenis puisi Lampung yang di kalangan etnik Lampung lazim
digunakan dalam acara-acara yang sifatnya untuk bersukaria, misalnya pengisi
acara muda-mudi nyambai, miyah damagh,
kedayek. orang jawa mengenal segata dengan istila sisindiran.
1). Ciri-ciri sagata adalah :
a) 4
baris seuntai
b) Berirama
ab ab
c) Baris
1,2 sampiran , 3,4 berupa isi
2).
Macam-macam sagata :
a) Sagata
sanak ngabambang (mengasuh anak)
b) Sagata
nyindegh / nyindir (sindiran)
c) Sagata
bukahaga / bekahago (percintaan)
d) Sagata
lalaga’an / lelaga’an (berolok-olok)
e) Sagata
nangguh (berpamitan)
Contoh pattun/segata:
kapan kak malam minggu sanak debah debingi
mak ngeliah pudakmu
mak hinok sampai pagi
d. Bebandung
Bebandung
adalah puisi Lampung yang berisi petuah-petuah atau ajaran yang berkenaan
dengan agama Islam. Pada zaman dahulu bubandung di gunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan atau nasihat kepada orang lain dengan cara sindiran ,terkadang di
buat dalam bentuk puisi.
Bubandung artinya bertemu ,bebandung adalah pertemuan yang
disampaikan pada saat mengadakan pertemuan adat, acara bujang gadis dan
sebagainya. Pada umumnya bubandung berisikan :
1. Bubandung
santeghi berisikan nasihat agama maupun ajaran bermasyarakat.
2. Bubandung
cekhita berisi cerita. Misalnya cerita kesedihan, cerita kegembiraan dan
lain-lain.
3. Bubandung
usul (taghsul) berisi ajaran keyakinan idiologi yang perlu di tanamkan.
Contoh bubandung
santri :
Nabi Muhammad ino
Rosul
Alam rayo pun
bersyukur
Ghasone selamat
tigeh dikubur
Carone shalat zakat
dan jujur
Gajah lapah cakak
mubil
Haga atraksi main bal
Haga atraksi main bal
Nayah jelma pandai
bedalil
Padahal sena
ngurangi amal
e. Ringget /Pisaan
Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang
adalah puisi tradisi Lampung yang lazim digunakan sebagai pengantar acara adat,
pelengkap acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria, pelengkap
acara tarian adat (cangget), pelengkap acara muda-mudi (nyambai, miyah damagh,
atau kedayek), senandung saat meninabobokan anak, dan pengisi waktu bersantai.
Contoh ringget dengan menggunakan dialek “O”, untuk dialek a menyusul wkwk :
Ikam ago betulang
Perwatin ghadeu mengan
Cubo pai sedeu kupei
Butangguh ago mulang
Jamo gham sekalian
Jamo unyen muwaghei
Suaro ghadeu lattang
Ino tando mak supan
Gegehke dilem ngipei
Lain ikam mak senang
Jamo gham sekalian
Kimak ino raso atei
Lai ikam mak senang
Jam kham sekalian
Kimak ina khasa hatei
f.
Talibun
Talibun adalah karya
sastra lisan berupa pantun seuntai dan memiliki rumusan sajak akhir abc, abc. contoh
:
Nagalinang luh
ngaghawang
Unyin sikam sai di
tinggal
Sanak atawa pamili
Kibau kak haga ngubang
Lamun ghasan mak gagak
Mulli sikam jo sepi
Gegoh tanjagh
kelittang
Susunan anjak awal
Tata titi perreti
Bunyi canang sai
lattang
Ngucap selamat tinggal
Sanggup ghasani kughuk
buwi
g. Hahiwang
Yaitu bentuk puisi
yang berisikan suatu kisah atau cerita sedih. Perbedaan hahiwang dengan
bubandung adalah :
1) Bubandung
berisi kegembiraan atau kelucuan ,sedangkan hahiwang berisi cerita sedih
2) Syair
dari bubandung terdiri dari empat baris dari tiap bait, sedangkan hahiwang enam
baris tiap bait atau lebih
3) Lagu/
ritme bubandung dilagukan dengan nada kegembiraan ,sedang hahiwang dengan nada
yang sedih.
Contoh hahiwangan
dalam dialek “A” :
Sakik sikam ji nimbang
Kak kapan ago segai
Hiwang ni sanak malang
Sikal kilu mahap pai
Hgatong mangedok sai
di usung
Ya gila sanak aghuk
Apak ni saka lijung
Sisi di tinggal induk
Sisi di tinggal induk
Mangedok daya lagi
Sikam ghatong jak
bungkuk
Nyeghahko jama kuti
Tabikpun di puskam kaunyinna, kalau ya keteghima
0 Komentar